top of page
Search
Writer's pictureDadang Solihin

Menjadi Pahlawan Masa Kini


Pidato Rektor Unsada

Dr. H. Dadang Solihin, SE, MA

Pada Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2018

Assalamualaikum Wr Wb

Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua


Para peserta upacara, Sivitas Academica Universitas Darma Persada yang saya cintai


Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT Tuhan yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang memberi kita kesehatan jasmani-rohani, kekuatan mental spiritual, serta kesadaran untuk terus mengemban amanat semangat juang yang tegak berdiri di atas cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945.


Dalam memperingati Hari Pahlawan ini, saya ingin menyampaikan tema tentang arti penting pahlawan masa kini dan geostrategis Indonesia. Tantangan masa kini telah berubah begitu cepat dalam beberapa dasawarsa tahun belakangan. Perubahan zaman yang kini mengarah pada fenomena volatile, uncertain, complexity and ambiguity (VUCA) tentunya harus direspons secara sigap oleh generasi masa kini.


Walau kondisi zaman telah berubah namun ada satu hal yang tak bisa dianggap enteng dari negeri ini. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis tentunya menyimpan banyak potensi sekaligus juga mendatangkan banyak ancaman. Inilah yang harusnya diberikan perhatian oleh generasi masa kini.


Sebagaimana diketahui, Indonesia berada di antara dua benua Asia dan Australia. Lalu, Indonesia diapit juga oleh dua samudera luas, yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kondisi ini tentunya memberikan banyak manfaat, terutama secara ekonomi. Namun mengapa sampai 73 tahun Indonesia merdeka, negeri ini masih belum mampu berdaulat secara ekonomi?


Pertanyaan mendasar Inilah yang sepatutnya ditegaskan kembali di saat negeri ini memperingati Hari Pahlawan yang biasa dilakukan setiap 10 November. Inilah tantangan yang harusnya direspons oleh generasi masa kini bagaimana seluruh elemen anak negeri ini bisa memaksimalkan potensi geostrategis Indonesia untuk kemajuan negeri.

Para peserta upacara, Sivitas Academica Universitas Darma Persada yang saya cintai


Sebelum mengulas lebih jauh, perlu kiranya secara singkat untuk memahami apa yang dimaksud geostrategis ini. Menurut pengertiannya, geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional. Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya mewujudkan tujuan politik.


Merujuk pada awal pendefenisiannya, geostrategi Indonesia ini pada mulanya digagas oleh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung pada 1962. Isi konsep geostrategi Indonesia berkaitan dengan pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan meluasnya pengaruh komunis.


Namun, pada masa kini pemahaman terhadap urgensi geostrategis ini sudah sangat meluas pemaknaannya. Ancaman yang kini di depan mata kita bukan lagi terbatas pada bahaya laten ideologi komunis. Lebih besar dari itu adalah bagaimana generasi masa kini merespons tantangan zaman yang sudah bergerak sangat maju ke era industri 4.0. Era ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi komputasi yang sudah semakin canggih. Di dalamnya mengandalkan pertukaran data terkini dalam sistem siber-fisik, internet, komputasi awam maupun komputasi kognitif.


Artinya, kecanggihan teknologi digital yang sudah semakin pesat itu harus ditopang dengan pendidikan yang semakin baik. Saya sangat percaya, hanya dengan institusi pendidikan saja, negeri ini akan bisa merespons tantangan zaman yang telah berubah sekaligus juga memaksimalkan potensi geostrategis yang dimiliki oleh Indonesia.


Sayangnya, kondisi riil pendidikan yang dihadapi Indonesia masih sangat memprihatinkan. Data yang dirilis UNESCO pada 2000 masih memperlihatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih sangat menyedihkan. Indikatornya dapat dilihat pada Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala.


Dari data UNESCO itu menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun sejak era reformasi berlangsung di Negeri ini. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).


Kondisi yang timpang itu diperkuat juga oleh data hasil survei Political and Economic Risk Consultant (PERC). Data itu menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Sedangkan untuk urusan kualitas angkatan kerja lulusan sarjana dan diploma, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan Malaysia. Saat ini, jumlah angkatan kerja Indonesia yang merupakan lulusan sarjana dan diploma hanya berkisar di angka 11 persen. Sementara Malaysia telah di atas 22 persen. Inilah tantangan besar.

Para peserta upacara, Sivitas Academica Universitas Darma Persada yang saya cintai


Jadi ketika kualitas pendidikan dan tenaga kerja Indonesia berpendidikan tinggi masih sangat minim, kita tak boleh menjadi berpatah arang. Menyitir sebuah terjemahan dari Alquran yang menyebutkan “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” maka perubahan itu hanya akan terjadi kalau kita semua mau berusaha.


Artinya, potensi geostrategis yang dimiliki Indonesia sudah seharusnya dimaksimalkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan berbasis teknologi. Dalam hal ini, institusi pendidikan harusnya bisa mengambil peranan besar untuk bisa mendorong terlahirnya generasi muda dan genarasi masa kini yang lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Dari mana harus memulainya? Inilah pertanyaan yang harus kita jawab bersama. Namun satu hal yang pasti, marilah kita memulai dari diri kita sendiri untuk lebih giat lagi dalam belajar. Tentunya pembelajaran itu harus mampu melahirkan karya-karya inovatif dan kreatif dengan cara memanfaatkan model geostrategis yang dimiliki oleh negeri ini.


Tentunya, kita tidak ingin potensi geostrategis yang dimiliki ini hanya menjadi ladang ‘bancakan’ negeri-negeri tetangga saja. Untuk bisa mengelolanya, tak ada jalan lain, pemerintah dan seluruh elemen anak negeri ini harus bersungguh-sungguh untuk lebih giat belajar serta melahirkan karya-karya inovatif untuk kemajuan bangsa.


Semangat inilah yang harusnya digaungkan kembali di saat negeri ini merayakan Hari Pahlawan. Ketika generasi masa kini semakin giat belajar dan melahirkan karya-karya inovatif berbasis teknologi maka di sanalah semangat kepahlawanan itu bisa tumbuh.


Ingatlah, tantangan masa kini dan masa yang akan datang bukan lagi ancaman perang secara fisik. Melainkan ancaman yang sesungguhnya adalah perang otak untuk bisa memanfaatkan semua potensi yang ada. Lantas, sudah siapkah kita untuk menyambutnya?

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi bangsa dan Negara Indonesia. Aamin YRA.

Wabillahi taufiq wal hidayah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

3 views0 comments

Recent Posts

See All

댓글


bottom of page